Kamis, 22 September 2011

SEJAUH SATU MIL

Berjalan sejauh “dua mil”
hanya dimungkinkan
apabila kita sudah berjalan...Sejauh satu mil




 
Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5:41)

Di sini Yesus menggambarkan suatu situasi di mana hukum, adat istiadat, memung kinkan seseorang memaksa orang lain untuk berjalan sejauh satu mil bersamanya. Melalui cara tersebut Yesus sebetulnya sedang mengajarkan: “Jika kamu mengalami hal ini, janganlah hanya berjalan satu mil dengan orang tersebut, melainkan dua mil. Berjalanlah sampai dua kali jauhnya dari apa yang ia tuntut darimu sebagai haknya.” Dapat dikatakan bahwa satu mil yang pertama melambangkan kewajiban, mil yang kedua melambangkan kasih. Kasih dengan cuma-cuma berarti melakukan sesuatu dua kali lebih besar dari yang diwajibkan.
 

Ucapan Yesus tersebut memicu lahirnya ungkapan “berjalan sejauh dua mil.” Akan tetapi, di dalam ungkapan tersebut terkandung suatu pengertian sederhana serta logis yang sering kali terlewatkan. Banyak tindakan serta ucapan orang Kristen yang seakan-akan mencerminkan bahwa apabila mereka sudah mengekspresikan kasih, maka secara otomatis mereka dibebaskan dari kewajiban-kewajiban normal yang harus dijalankan sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat. Padahal, kebenarannya justru yang sebaliknya. Anda dapat berjalan sejauh dua mil hanya setelah Anda berjalan sejauh satu mil. Ekspresi kasih hanya dapat dimulai setelah kewajiban dipenuhi.
 

Prinsip yang sama diungkapkan oleh Paulus dalam Roma 13:8, Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Di sini sekali lagi, urutan dinilai penting. Persyaratan yang negatif disodorkan terlebih dulu: Janganlah kamu berhutang apa-apa. Perintah ini mencakup semua kewajiban kita di bidang hukum maupun etika. Kita harus terlebih dulu memenuhi kewajiban ini, baru kita dapat melangkah kepada persyaratan yang positif, yaitu saling mengasihi. Kasih kristiani tidak sejalan dengan kegagalan untuk memenuhi kewajiban kita di bidang hukum maupun etika. Kita boleh menguraikan pernyataan tersebut dengan kata-kata sendiri seperti ini: Kasih sejati dapat diekspresikan setelah semua hutang dipastikan sudah dibayar.

sumber: DPM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar